Kesepian

Namaku lala, aku adalah salah satu murid yang dijadikan bahan ejekan teman-teman ku karna fisik ku yang tidal enak dipandang.

Aku memang gendut, jerawatan, tidak secantik teman-teman yang lain tapi aku masih punya hati.

Saat kekantin aku di ejek

“Eh gendut laper yaa apa takut kurus? Hahaha” aku sudah biasa mendengar seperti itu.

Saat dikelas aku di ejek

“Awas gempa...gempa...”

Dimana mana  aku diejek dan tidak ada satupun yang mau berteman denganku.

Aku hanya kesepian, aku butuh teman yang bisa menerima apa adanya, aku sedih, aku tidak mau dilahirkan seperti ini tapi bagaimana lagi? Ini sudah takdir.

Obor ASIAN Games

        Obor Asian Games yang merupakan gabungan dua api abadi. Api sengaja didatangkan dari sumber api abadi sebagai lambang semangat yang terus menyala untuk menjaga kebersamaan dan persahabatan serta semangat untuk berprestasi. Obor tersebut akan melakoni perjalanan panjang melintasi Pulau Jawa, Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat, hingga Papua Barat. Setelahnya, pawai akan berlanjut ke Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan menyeberang ke Pulau Sumatera, yang dimulai di Aceh. Perjalanan api Asian Games akan berlanjut ke Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, hingga Lampung.
       Api Asian Games ini dinyalakan Stadion Nasional Dhyan Chand di New Delhi, yang menjadi venue Asian Games pertama itu. Dari India, api abadi itu disatukan dengan api abadi yang diambil dari Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah. Prosesi penggabungannya sendiri dilakukan di Candi Prambanan.
       Api obor sengaja didatangkan dari India. Karena India merupakan tuan rumah Asian Games untuk pertama kalinya pada tahun 1951. Api abadi dari India itu dibawa dengan perlakuan khusus dan tak boleh padam hingga tiba di Indonesia. Api dibawa dengan pesawat Boeing 737 400 milik TNI AU. Api dibawa di dalam alat yang disebut tinder boxyang berbahan bakar gas. Setiap kali habis, bahan bakar diisi kembali agar api tidak mati.

Ahmad soebardjo

        Ahmad Soebardjo was born in Teluk Jambe, Karawang Regency, West Java, on 23 March 1896.

Initially, his father gave him the name Teuku Abdul Manaf, but his mother gave him the name Ahmad Subardjo.

        on August 17, 1945, Soebardjo sworn in as Minister of Foreign Affairs of the Presidential Cabinet, Indonesia's first cabinet, and again served as Minister of Foreign Affairs once again in the year 1951 to 1952

In February 1927, Soebardjo, Mohammad Hatta, and three other students represented Indonesia at the conferences of the League against Imperialism in Brussels and later in Germany. At the founding congress in Brussels, Soebardjo and the others met Jawaharlal Nehru and others nationalist leaders from Asia and Africa. Soebardjo even spent a couple of months in Berlin and Moscow working for the International Secretariat of the League against Imperialism. 

        Upon return to Indonesia, he became a member of the Investigating Committee for Preparatory Work for Independence (BPUPKI).

        Soebardjo died at the age of 82 at Pertamina Hospital, Kebayoran Baru, from influenza complications. He was buried at his vacation home in Cipayung, Bogor. In 2009 the government honoured him as a National Hero.

Kenapa pilih SMA 68?

        Nama saya Syaifa, saya dari SMPN 1 Jakarta. Awalnya saya ingin masuk SMA 8, tetapi seiring berjalanya waktu, saya lebih tertarik masuk SMA 68.
        Saya memilih 68 atas saran orangtua, saudara, dan para teman saya. Mereka bilang 68 itu sekolah favorit, banyak peluang masuk PTN, alumninya banyak yang masuk universitas favorit dan memiliki pekerjaan yang bagus.
        Setelah itu saya beripikir iya juga. Bangga sekali pasti kalau mendapat PTN dari sekolah favorit. Sejak saat itu, saya memutuskan untuk memilih SMA 68. Alhamdulillah saya lulus SMP dengan nem yang cukup memuaskan dan sekarang saya sudah menjadi murid SMA 68. Setelah masuk SMA 68, saya ingin meningkatkan semagat belajar agar mendapatkan PTN seperti yang saya inginkan. Amiin..